RSS

DAK bagi Pendidikan Bojonegoro

                Hallo, pada kesempatan di blog ini saya akan membahas seputar DAK. Apasih DAK itu?  Mungkin teman-teman banyak yang tau dan tidak asing lagi dengan namanya DAK. Mungkin juga ada yang belum tau sebenarnya apa itu DAK  Yapp DAK itu dana alokasi khusus. Tapi lebih jelasnya saya akan membahas apa itu DAK.

Apa itu DAK ?
            Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK termasuk Dana Perimbangan, di samping Dana Alokasi Umum (DAU).
 Di Bojonegoro sendiri, Dana alokasi khusus (DAK) pendidikan senilai Rp 98,6 miliar yang diperuntukkan bagi 49.445 siswa SMA, SMK, dan MA di Kabupaten Bojonegoro. Sesuai dengan Surat Bupati Bojonegoro Nomor 15 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2017, pada rekening Dana Alokasi Khusus (DAK) Pemerintah Desa dan Kelurahan sebesar Rp50 miliar. Pencairan sejumlah itu merupakan tahap pertama. Jumlah total anggaran DAK Pendidikan senilai Rp102 miliar.
Sesuai dengan Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 20 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Kabupaten Bojonegoro Pasal 6. Besaran DAK bidang Pendidikan sebesar Rp2,1 juta setiap siswa kelas X dan Kelas XI yang masuk dalam kategori orang tuanya miskin/ Program Keluarga Harapan (PKH).

Berikut besaran penerimaan DAK bidang pendidikan bagi siswa SLTA Se-kabupaten Bojonegoro:
1.      Rp 2.100.000 setiap siswa kelas X dan XI yang masuk dalam kategori orangtuanya miskin atau program keluarga harapan.
2.      Rp 1.050.000 setiap siswa kelas XII yang masuk dalam kategori orangtuanya miskin atau program keluarga harapan.
3.      Rp 2.000.000 setiap siswa kelas X dan XI yang masuk dalam kategori orangtuanya non miskin atau mampu.
4.      Rp 1.000.000 setiap siswa kelas XII yang masuk dalam kategori orangtuanya non miskin atau mampu.
5.      Rp 1.000.000 setiap siswa kelas X dan XI yang masuk dalam kategori orangtuanya Pegawai Negeri Sipil (PNS) Golongan I dan II.
6.      Rp 500.000 setiap siswa kelas XII yang masuk dalam kategori orangtuanya Pegawai Negeri Sipil (PNS) Golongan I dan II.
7.      Rp 500.000 setiap siswa kelas X dan XI yang masuk dalam kategori orangtuanya Pegawai Negeri Sipil (PNS) Golongan III dan IV.
8.      Rp 250.000 setiap siswa kelas XII yang masuk dalam kategori orangtuanya Pegawai Negeri Sipil (PNS) Golongan III dan IV.
Bagi siswa kelas X dan XI penerima dana dimasukkan dalam tabungan Bank Pengkreditan Rakyat (BPR) Kabupaten Bojonegoro dan digunakan untuk keperluan biaya akademik yang dalam pencairannya harus mendapatkan rekomendasi dari sekolah. 
Sedangkan untuk kelas XII penerima dana dimaksud langsung diberikan kepada siswa untuk biaya akademik. Pertanggungjawaban Pemerintah Desa terhadap dana tersebut adalah tanda terima dari siswa yang berhak dicatat dalam APBDesa Tahun 2017. Juga melaksanakan evaluasi dan monitoring serta melaporkan hasilnya kepada Bupati dengan tembusan Inspektorat, Dinas Pendidikan dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Bojonegoro.

Bagaimana cara mencairkannya ?
1.      Meminta surat keterangan dari sekolah untuk dikumpulkan di kelurahan atau desa
2.      Mengumpulkan tabungan tawa bersamaan dengan mengumpulkan surat keterangan dari sekolah
3.      Menerima kembali buku tabungan tawa beserta menerima bukti setoran DAK dari kelurahan atau desa.
4.      Membuat rincian penggunaan dana dari sekolah.
5.      Melengkapi fotokopi KTP oranng tua, Kartu Keluarga, dan kartu pelajar untuk melengkapi persyaratan pengambilan dana.
6.      Menyetorkan ke BPR lalu menerima dana DAK.

Kegunaan dana DAK 
1.      Kegunaan secara ideal sebagai berikut
a.      Untuk membayar uang SPP sekolah setiap bulannya,
b.      Untuk membayar uang gedung
c.       Untuk membeli peralatan yang dibutuhkan untuk sekolah

2.      Kegunaan secara rill sebagai berikut
a.      Untuk membeli mainan
b.      Untuk membeli baju baru
c.       Untuk membeli hp baru
d.      Untuk membayar listrik rumah

Demikian yang saya sampaikan tentang DAK (Dana Alokasi Khusus), mohon maaf bila ada ada kekurangan saya dalam menulis. Saya berterima kasih kepada Ibu Sri Setyowati selaku kepala SMAN 1 Bojonegoro, Bapak Purnomo Wahyudi selaku guru prakarya, Bupati Bojonegoro dan Pemkab Bojonegoro. Tak lupa saya berterima kasih juga kepada para pembaca blog ini, kurang lebinya mohon maaf.







Gemuruh Ombak

Gemuruh Ombak
Karya : Gutama Dewi Putri


Terdengar bising air mengoyak lautan
Gemuruh menerbangkan pasir pantai
Gulungan ombak menjulang tinggi
Menyapu segalanya
Desir angina mengejar ombak di pantai
Berlarian seakan mengejar
Pahitnya perasaan ini

                                      Dan dia telah murka
                                      Tubuhnya yang jenjang menyentuh langit
                                      Menerkam apa saja
                                      Sakit saat laut menggulung pantai
                                      Seakan daratan telah menjadi lautan

Mengapa ombak tetap mengunjungi pantai ?
Ketika ombak yang terlukis indah di kertas putih
Tak lagi mendamaikan hatiku
Aku mencoba seperti karang yang kuat
Tetapi hati ini belum bisa terobati

Meski lautan terbelah oleh amarahku

Wanci Esuk

Wanci Esuk
( dening Gutama Dewi Putri )



Srengenge neng sisih wetan
Pratandha rahina bakal tumeka
Soroting bagaskara menehi pepandhang
Ebun kang nelesi tetanduran
Ngawekani kanggo golek panguripan
Mina-mina padha slurup aneng kali
Swara kukila-kukila mbarengi
Para tani kang padha nyambut gawe
Makarya saka esuk nganti sore
Lumaksana tumuju ing sawah
Nggarap tetandhuran kanthi ati sumringah
Ora nduweni rasa wegah
Nganti bagaskara munggah angkasa
Ananging ora ngaling-alingi gumregute
Mung urip prasaja sing dikepinginake
Tan lali sujud syukur mring Gusti

Mugi Gusti tansah nyembadani

Kebencian seorang Adik (Part 2)

Beberapa menit kemudian, Livi tiba-tiba berlari tergesa-gesa, seperti teringat oleh sesuatu.
“Aku mau pulang.”
“Lho, ngapain ?”
“Mama menyuruhku membantunya memasak untuk menyambut kedatangan kakakku malam ini,” Livi menjawab sambil sambil mengemas bukunya, lalu berlari di tengah hujan yang semakin deras.
Dinda menatap sahabatnya itu iba. Sebagai anak tunggal, ia tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang seperti Livi. Ia tidak pernah merasa dibanding-bandingkan dengan saudaranya sendiri. Ia menghabiskan masa kecilnya dengan ceria bersama Liv idan Rena. Ia ingat, ketika mereka masih TK, Livi mengikuti lomba mewarnai tanpa didampingi oleh orang tuanya. Hanya ada Livi. Papa Livi sedang sibuk di luar kota, sedangkan mamanya sedang pergi mengantarkan Rena ke rumah neneknya di Trenggalek, karena saat itu Rena merengek merindukan neneknya. Hari itu adalah hari dimana kali pertama Livi mengikuti lomba mewarnai. Livi menangis di samping bibinya yang saat itu mendampinginya, Livi merasa jika semua yang diminta oleh kakaknya selalu biberikan, sementara dia tidak. Sejak saat itu, ia membenci Rena.
            Livi memang tidak pernah suka jika Dinda berbicara menyinggung Rena, karena menurutnya Rena adalah anak manja yang suka belanja-belanja menggunakan uang orang tua, setiap Rena pulang ke rumah selalu minta jemput papanya, meminta les bahasa inggris ternama di Surabaya yang biayanya mahal. Livi juga pernah berkata bahwa
***
            Suara lagu menembus gendang telinga Dinda. Dikencangkannya volume dan ikut bernyanyi, tangannya sambil mengetik cerpen di laptop. Tiba-tiba ibunya membuka pintu kamar Dinda.
            “Din, volume musiknya kurangi. Berisik didengar tetangga.”
            Dinda menurut. Dengan terpaksa ia mengecilkan volume musiknya dan menerima tumpukan baju kering yang baru diangkat ibunya dari jemuran.







BERSAMBUNG....... 





Tresna Biyung

Tresna Biyung
( dening Gutama Dewi Putri )

Nalika padhang bulan ratri iki
Aku lelungguhan aneng ngarep omah
Daksawang dhuwur esem manise candra
Nggambarake atiku anggung rasa tresna
Marang juwita sing tau bebrayan
Menehi rasa asih lan sayang neng ati
Sing biyasane setya ngrenggani sepine ratri
Ananging saiki kajaba kerlap-kerlipe lintang
Aneng bomantara sing katon padhang
Nalika biyen anggung ngampingi lakuku
Kelingan menehi paweling marang aku
Aku nuli mbayangke
Yen biyung bisa bebarengan esuk wagi sore
Nanging saiki nyatane mung angen-angenku

Mung kari caritaku…..

Kebencian Seorang Adik (Part 1)

Di dalam rumah, mereka menatap hujan di luar lewat jendela kaca. Hujan tak kunjung reda. Sesekali, tangan mereka menulis di buku masing-masing sambil menikmati kue hangat di hadapan mereka.

“Eh, tumben kuenya banyak,” Dinda mencolek pundak Livi dengan jari telunjuknya.

Livi menoleh dan tersenyum. Matanya yang kecil menjadi semakin sipit saat ia tersenyum, bibirnya yang tipis menjadi berwarna kecoklatan,  dengan bulu mata hitam lebat yang lentik.

“Iya, mama yang masak tadi, soalnya Kak Rena mau pulang nanti malam,” Livi kembali menggerakkan jarinya di buku, sambil sesekali memakan kuenya.
Berbeda dengan Livi, Dinda memiliki mata lebar dengan bulu mata hitam lebat, alis tipis dan pipi chubby dengan bibir merah muda. Kulitnya putih dan rambutnya halus.
Dinda tahu jika sahabatnya itu tidak suka membicarakan Rena. Bahkan, setelah Rena lulus SMP dan sekolah di Surabaya pun, rasanya tidak ada rasa rindu di hati Livi kepada kakaknya itu. Bagi Livi, kepulangan kakaknya tiap minggu adalah sesuatu yang tidak penting. Dinda bingung, mengapa Rena sekolah di Surabaya, padahal di Bojonegoro ini banyak sekolah setingkat SMA yang bagus. Dia pintar, pasti dia bisa masuk ke SMA manapun yang dia inginkan. Livi selalu mengalihkan topik pembicaraan jika sudah menyinggung soal Rena.

“Din, ngomong-ngomong, udah jadi berapa halaman cerita tentang mimpi-mimpimu minggu ini ?” tanya Livi sambil mengintip tulisan Dinda.
“Tiga. Ini lagi nulis yang keempat.”
“Judulnya ?”
“Mimpi Lintang. Bagus kan judulnya ?”
“Bagus, tapi nggak nyambung. Masa’namamu Dinda, judul ceritanya bernama Lintang.”
Dinda melihat lembaran di bukunya lagi. Rasanya tidak ada yang salah. Lintang itu kan hanya nama. Masa’ judulnya ‘Mimpi Dinda’ ?


Bersambung.......

Nagariku

Nagariku
( dening Gutama Dewi Putri )

Rikala wektu kang sigra mlaku
Ngelingake yen urip bakal sigra  mlaku
Nanging rasa kuwatir ana ing atiku
Kahanan nagari ing jaman iki
Tansah aku mbayangake esuk nganti wengi
Nggambarake pikiranku kang ora netepi
Nagari kang nduweni adhedasar pancasila
Semboyan bhinneka tunggal ika
Saiki katon sirna wis ora ana
Manungsa nagari kang kepengin kuwasa
Nguwasani isi nagari kayata arta
Kemlaratan ana ing ngendi-endi
Kepriye dumadine nagari mbesuk iki ?
Ambeg jujur manungsa  kang ora nduweni
Adoh saka rasa asih lan merak ati
Yen kabeh kuwi bisa diowahi

Nagariku dadi endah ing bumi pertiwi